0

i love this game (2)

Label:

Mengikuti ekstrakurikuler (ekskul) bola basket bukanlah bagian dari rencanaku di masa SMA. Masih teringat jelas bagaimana teman-teman SMP menertawakan gaya lay up-ku yang konyol (melompat padahal ring masih dua meter di depan. Merasa bisa melakukan air walk dengan mudah). Guru olahragaku sampai menyindir, "Opo'o? Ono telek e a ndik isor ring? (kenapa? ada kotoran di bawah ring?)". Sungguh kata-kata yang menusuk hati. Belum lagi dribel yang menjemukan. Membingungkan otak untuk mengkoordinasi antara tangan kanan dan kiri. Sial! Ini olahraga untuk orang tak punya perasaan!

Dan aku harus melupakan memori itu untuk mencoba menemukan apa menyebabkan seorang Sakuragi berubah drastis. Sekarang saatnya memasuki dunia yang benar-benar baru untuk seorang anak kurus yang belum pernah memainkan satu olahraga pun secara serius. Mungkin aku bisa medapatkan jawaban di sini.

Tapi sial, kub basket sekolah ini sangat buruk dalam pengelolaannya. Siapa pun yang datang bisa jadi anggota klub. Tapi siapa saja yang bisa masuk tim.... Tunggu dulu! Hanya yang tampak berpengalaman saja yang berhak. Tidak ada pendidikan anggota yang intensif. Semua bisa datang dan pergi (asal jangan yang berbakat).

Dan pada akhir semester 1, saya memutuskan keluar. That's all. Tidak ada lagi bola basket dalam hidupku. Aku kembali menjalani kehidupan SMA yang membosankan. Setiap melihat anak-anak lain berlatih basket, aku hanya berkata dalam hati "buang-buang waktu saja". Namun ludah yang terbuang itu harus saya jilat sendiri. Kehadiran seorang siswa baru dari Bali di kelasku membuka jalan masuk bagi bola basket ke dalam kehidupanku.

Bukan cerita luar biasa. Dia hanya butuh teman untuk mendaftar di klub basket. Dan, dasar orang Arab, kalau memaksa tidak bisa ditolak, aku terpaksa mengikuti keinginannya bahkan sampai menemani ikut latihan! Aku masih tidak habis pikir dengan perasaan waktu itu. Yah, kepalang tanggung. Kuputuskan untuk meneruskan dan berencana untuk keluar lagi beberapa minggu kemudian.

Oh, ada kejutan kali ini. Klub basket tersebut sekarang tidak punya pelatih (sepertinya dia tidak tahan dengan kesemerawutan tim) dan sekarang kami berlatih bersama para senior. Kukira latihannya akan berjalan sama saja. Namun ternyata tidak! Sepertinya mereka benar-benar ingusan dalam melatih, sehingga agak kebingungan membimbing adik-adiknya. Satu metode latihan yang simpel (tetapi menurutku sangat efektif untuk pemula) mereka terapkan, yakni memainkan game kecil.

Kami dibagi ke dalam tiga tim yang terdiri dari lima orang. Lalu kami tinggal memainkan saja permainan bola basket 10x1 menit. Itu saja. Just play it. Latihan semacam ini memang beresiko. mereka yang belum terbiasa dengan pola rumit permainan bola basket tentu kewalahan menghadapi tekanan tempo permainan yang sangat cepat. Lebih cepat dari sepak bola. Saat para junior kelabakan mengikuti arah bola, para senior tampak nyaman dengan latihan ini karena mereka sudah terbiasa dengan pola permainan. Alhasil hanya lelah yang kudapat.Otakku dipenuhi kebingungan. "Sial, bagaimana mereka bisa bergerak ke sana kemari tanpa saling menabrak? Gerakan apa yang mereka tunjukkan untuk melewati hadangan musuh? Padahal olahraga ini penuh aturan yang mengekang!", pikirku.

Tapi dalam lubuk hati terdalam terbesit suatu perasaan bahwa olah raga ini rumit, tetapi indah! Mereka yang memainkan olahraga ini adalah seniman! Kuberanikan bertekad untuk bisa melakukannya juga. Tak peduli entah kapan itu akan terjadi. (continued..)

0 komentar:

Posting Komentar